A. Asal Usul Nama Pondok Pesantren
Alasan dipilihnya Nama Al-Bahjah untuk pesantren dan majelis yang diasuh oleh Buya Yahya lebih banyak meninjau dari sisi makna yaitu makna cahaya atau kemilau sinar dengan harapan semoga pesantren ini bisa benar-benar menjadi penerang bagi umat Nabi Muhammad SAW.
B. Letak Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Al-Bahjah terletak di Kelurahan Sendang No. 179 Blok. Gudang Air Kec. Sumber Kab. Cirebon Jawa Barat.
C. Sejarah Permulaan berdirinya pondok pesantren Al-Bahjah
Mendirikan sebuah pesantrean adalah bukan tujuan utama dan pertama, akan tetapi tujuan pertama dan utama adalah bagaimana menyampaikan dakwah Rasulullah SAW. Di antara sarananya adalah dengan pesantren. Maka kehadiran Pesantren Al-Bahjah adalah sebagai bagian dari upaya menyampaikan dakwah Rasulullah SAW.
Semula kedatangan Buya Yahya ke Cirebon pada awal tahun 2006 karena menjalankan tugas dari Universitas Al-Ahgaff untuk membuat sekolah persiapan Universitas Al-Ahgaff di Indonesia. Sesuai evaluasi masalah efektivitas sekolah persiapan, program tersebut hanya berjalan selama 1 tahun yang akhirnya di kembalikan ke Yaman. Dan bersama itu pula Buya Yahya meminta izin kepada Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun untuk merintis dakwah di Cirebon dan atas do’a dan restu beliau dan guru-guru Buya Yahya yang lainya usaha dalam berdakwah sungguh sangat di mudahkan oleh Allah SWT.
Dan pada tahun kedua keberadaan Buya Yahya di Kota Cirebon sudah bisa membuka beberapa majelis ta’lim di beberapa masjid besar di Kota Cirebon dan sekitarnya. Usaha berdakwah selalu di kembangkan hingga akhirnya datanglah permintaan dari beberapa kaum muslimin untuk menitipkan anak-anak mereka di tempat Buya Yahya yang semula tidak langsung diterima karena kondisi tempat tinggal beliau yang masih menempati satu rumah pinjamam di Cirebon.
Baru setelah Buya Yahya memiliki satu tempat tinggal yang lain lagi yaitu rumah kontrakan yang berdekatan dengan tempat tinggal Buya Yahya yaitu di daerah Karang Jalak Cirebon, maka saat itu Buya Yahya mulai menerima beberapa santri. Memang tidak semua santri yang datang langsung di terima. Akan tetapi di samping melihat daya tampung tempat tinggal, penerimaan santri pun dilaksanakan dengan beristikhoroh.
Hingga pada tahun berikutnya dirasakan bahwa tempat tinggal semakin padat dengan santri, karena saat itu sudah terhitung disatu rumah yang tidak terlalu besar di tempati 12 santri putra kemudian di rumah yang satunya lagi di tempati 10 santri putri.
Hikmah dari itu semua yang menjadikan Buya Yahya dan sahabat-sahabatnya baik yang di Cirebon atau yang di luar Cirebon untuk berusah mencari tempat yang lebih leluasa sebagai pusat resmi Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah termasuk di dalamnya adalah Pondok Pesantren Al-Bahjah. Dan akhirnya jatuhlah pilihan pada satu tempat yang disebut dengan Kelurahan Sendang Kec. Sumber Kab. Cirebon. Sebuah lokasi Pesantren ditengah sawah yang jauh dari pemukiman masyarakat.Tepatnya di bulan Juni 2008 di mulai pembangun pesantren. Setelah kurang lebih satu setengah tahun tepatnya 10 Januari 2010 Pesantren resmi di tempati santri putra dan putri yang pada hari itu juga diresmikan oleh Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun dari Yaman.
D. Riwayat Pengasuh
Kedatangan Yahya Zainul Maarif (yang lebih akrab disapa Buya Yahya) ke Cirebon pada akhir tahun 2005 awal 2006 dalam rangka mejalankan tugas dari gurunya Rektor Universitas Al-Ahgaff Almurobbi Profesor Doktor Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun untuk memimpin Pesantren Persiapan bagi mahasiswa sebelum kuliah ke universitas Al-Ahgaff di Yaman. Untuk menjalankan aktivitasnya, Buya Yahya mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq, Tuparev-Cirebon. Itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Dan saat itu Buya Yahya belum mendapatkan izin dari gurunya untuk berdakwah ke masyarakat.
– Pada akhir 2006 Buya Yahya menghadap kepada gurunya di Yaman dan mulai saat itu ia telah diizinkan untuk berdakwah di masyarakat. Buya Yahya memulai berdakwah dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran Buya Yahya memasuki musholla-musholla kecil hingga akhirnya di mudahkan oleh Allah untuk membuka majlis- majlis taklim di Masjid terbesar di Cirebon Masjid At-Taqwa alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga saat ini jamaah memenuhi ruangan dan halaman masjid. Buya Yahya meyakini kemudahan ini diberikan oleh Allah karena berkat ridho dan restu para guru. Bersamaan itu juga Buya Yahya membuka puluhan majlis taklim bulanan di berbagai tempat di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Kabupaten Indramayu dan JABODETABEK.
Di antaranya adalah majlis yang diadakan masjid Al-Imam alun-alun kota Majalengka, masjid Al-Istiqomah Cilimus Kuningan, masjid Pertamina Klayan, masjid Al-Mustaqim Weru. Dakwah Buya Yahya tidak terbatas pada masjid-masjid akan tetapi Buya Yahya juga berdakwah di beberapa swalayan dan toserba, seperti Yogya, Matahari Department Store Grage, Lembaga Pemasyarakatan Kesambi dll. Majelis yang Buya Yahya asuh diberi nama Majelis Al-Bahjah sekaligus nama pesantren yang saat ini dirintisnya.
– Tahap perkenalan Buya Yahya dengan masyarakat disamping kesabaranya untuk bersilaturrahmi ke musholla-musholla dan masjid-masjid. Kebetulan Buya Yahya pada pertengahan 2006 selama satu tahun sempat berjuang di stasiun radio Islami Salma 101 FM yang saat itu Buya Yahya mendapatkan kepercayaan sebagai direktur operasional radio tersebut. Dan selama itu pula Buya Yahya mencoba menghadirkan dakwah lewat radio dengan membuat program pesantren udara dengan memadatkan acara radio dengan pengajian-pengajian.
– Di media cetak Buya Yahya juga ikut berdakwah. Buya Yahya mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Kabar Cirebon. Dan sampai saat ini juga masih aktif mengasuh rubrik masail diniyah disebuah majalah Islami Al-Basyirah yang terbit di Jawa Timur.
– Di media Televisi Buya Yahya juga pernah aktif di acara Titian Qolbu TV one dan sampai saat ini Buya Yahya aktif di Cirebon TV dalam acara dialog interaktif setiap malam Jumat dalam acara Hidup Indah Bersama Buya Yahya.
– Dan alhamdulillah saat inipun Buya Yahya dan tim dakwahnya (atas pertolongan Allah ) telah bisa menghadirkan Website media dakwah online di www.buyayahya.org dan radio Islami Resmi milik pesantren yaitu RADIOQU 98.5 FM. Ini semua dilakukan dalam upaya membidik semua celah kehidupan manusia untuk bisa diisi dengan dakwah.
Perjalanan Ilmiah Buya Yahya
– Sebelum ke Yaman Pendidikan dasar hingga SMP diselesaikan dikota kelahirannya. Disamping itu juga mengambil pendidikan agama di Madrasah Diniyah yang dipimpin oleh seorang guru yang soleh KH. Imron Mahbub di Blitar. Setelah itu melanjutkan pendidikannya di pesantren Darullughah Wadda’wah di Bangil Pasuruan Jatim dibawah asuhan Al Murobbi Al Habib Hasan Bin Ahmad Baharun, yaitu pada tahun 1988 hingga 1993. Pada tahun 1993 hingga 1996 mengajar dipesantren Darullughah Wadda’wah Bangil Pasuruan sebagai masa khidmah Buya Yahya ke pesantren tempat Buya Yahya pernah menimba ilmu.. Pada tahun 1996 berangkat ke Univ. Al-Ahgaff atas perintah sang guru Al-Murobbi Al-Habib Hasan Baharun hingga akhir 2005.
– Buya Yahya selama 9 tahun di Yaman belajar fiqih diantaranya kepada para Mufti Hadramaut Syekh Fadhol Bafadhol, Syekh Muhammad Al Khotib, Syekh Muhammad Baudhon, dan Habib Ali Masyur Bin Hafidz.
– Dari Habib Salim Asysyatiri Buya Yahya sempat mengambil beberapa disiplin ilmu diantaranya fiqih, aqidah, ulummul quran dan mustholah alhadits. Biarpun Buya Yahya tidak tinggal dipesantren (Rubath) Habib Salim Asysyathri Buya Yahya mendapatkan kesempatan yang sangat banyak untuk belajar dari beliau. Sebab dipagi hari Habib Salim mengajar di kampus dan sore hari hingga malam Buya Yahya mendapatkan waktu khusus selama hampir 2 tahun untuk belajar dari beliau 4 kali dalam seminggu mulai ashar hingga isya di Rubath Tarim.
– Hadits dan ilmu haditsnya di ambil dari beberapa guru diantaranya adalah Dr Ismail Kadhim Al Aisawi dan Secara khusus Ilmu ushul fiqihnya diambil dari beberapa pakarnya diantaranya; Syekh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Syekh Muhammad Amin Assyingqiti dan Syekh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti (semuanya adalah dari Syingqiti–Mortania yang mereka adalah para ulama dalam Madhab Maliki) dan DR Mahmud Assulaimani dari Mesir.
– Ilmu bahasa Arabnya di ambil dari Syekh Muhammad Alhafid Assyingqiti, dengan kitab terakhir yang di kaji adalah Thurah Uquduljuman dalam ilmu balaghoh, thurroh lamiyatul afal dalam ilmu shorof dan thurroh Alfiyah Ibnu Malik dalam ilmu nahwu yaitu Alfiyah Ibnu Malik dengan tambahannya menjadi 2800 nadhom. Ilmu fiqih perbandinganya diambil diantaranya dari Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan dari Mesir seorang Alim dari madhab maliki.
– Buya Yahya sempat mengajar di Yaman selama 3 tahun di Fakultas Tarbiyah dan Dirosah Islamiah (khusus putri) Universitas Al-Ahgaff. Sekarang Buya Yahya aktif berdakwah di masyarakat dan mengasuh majelis Al-Bahjah dan pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Guru-guru Buya Yahya
– Ada dua guru murobbi Buya Yahya yang sangat mempengaruhi didalam perjalanan ilmiyah Buya Yahya. Yang pertama adalah Almurobbi Almursyid Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun pengasuh dan pendiri Pon-pes Darullughoh Waddakwah Bangil-Pasuruan-Jawa Timur. Yang kedua adalah Almurobbi Almursyid Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun rektor universitas Al Ahgaff Republik Yaman. Buya Yahya mempunyai sanad ilmu dari guru-guru yang sangat jelas. Selain dari murobbi dan mursidnya tersebut guru Buya Yahya amat banyak, di antaranya adalah;
A. Dari Indonesia
1. Habib Husin bin Soleh Almuhdhor, Bondowoso
2. Habib Qosim Bin Ahmad Baharun, Bangil
3. Habib Ahmad bin Husin Assegaf, Bangil
4. Ustaz Qoimuddin Abdullah, Bangil
5. Habib Soleh bin ahmad Alidrus, Malang
6. Habib Abdullah Maulahailah, Malang
7. Habib Muhammad Alhaddad, Malang
8. Ustaz Nasihin, Bangil
9. KH Imron Mahbub, Blitar, dll
B. Dari Luar Negeri
1. Habib Idrus bin Umar Alkaf, Tarim,Yaman
2. Syekh Fadhol Bafadhol, Tarim, Yaman
3. Syekh Muhammad Al Khotib, Tarim, Yaman
4. Syekh Muhammad Baudhon, Tarim, Yaman
5. Habib Ali Masyur bin Hafidz, Tarim, Yaman
6. DR. Ismail Kadhim Al-Aisawi, Iraq
7. Habib Salim Asysyathri Tarim, Yaman
8. Syeh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Mortania
9. Syeh Muhammad Amin Assyingqiti, Mortania
10. Syeh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti, Mortania
11. DR Mahmud Assulaimani, Mesir
12. Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan Mesir
13. Dll
E. Dasar Pendirian Pondok Pesantren
Adalah untuk bisa andil dalam menciptakan wadah pengkaderan penerus dakwah Rasul SAW. Yang berasaskan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah as’ariyah sufiyah.
F. Peresmian Pondok Pesantren
Adapun acara peresmian Ponpes Al-Bahjah di adakan pada tanggal 10 Januari 2010 yang diresmikan oleh Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun yang sekaligus dibarengi dengan peresmian Masjid Pesantren Al-Bahjah dan Radio Dakwah Radio-Qu Fm yang di pancarkan dari lokasi pesantren.
G.Awal Pembangunan Pondok Pesantren
Bangunan pertama adalah sebuah gubuk kecil dan aula besar dengan ukuran 15x25 M yang dijadikan ruang serba guna mulai dari majelis ta’lim mingguan dan tempat belajar anak-anak santri. Kemudian disusul bangunan masjid dengan ukuran 15 x 15 M dan 8 kamar asrama santri, rumah pengasuh dan 20 kamar mandi berikut studio Radio-Qu FM.
Setelah Buya Yahya mendapat izin dari Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun untuk membangun pesantren ada pesan istimewa agar mudah dalam mendirikan pesantren yaitu “ Agar tidak usah repot meminta-minta dana dari siapa pun, akan tetapi berangkat dari kesederhanaan dan seadanya”.
Dan atas petunjuk Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun tersebut pembangunan pesantren sungguh sangat mudah tanpa ada kesusahan apapun. Berkat restu dan doa para guru Buya Yahya Allah telah mengirim orang-orang yang membangun tersebut hingga pesantren bisa di tempati Buya Yahya pun tidak pernah merasakan susahnya mengurus tukang dan bangunan. Dan para santri juga tidak dipungut biaya sama sekali dengan pelayanan pendidikan, tempat tinggal dan makan 3 kali.
H. Perkembangan dari tahun ke tahun
Karena pesantren baru diresmikan pada 10 Januari 2010 maka evaluasi sementara menunjukan bahwa majelis ta’lim semakin besar, santrinya pun semakin banyak.
I. Staf Pengajar
Adapun untuk Staf pengajar adalah para alumni dari lembaga pendidikan di dalam dan luar negeri seperti Pondok Pesantren Darullughoh Wa Dakwah Bangil, Alumni Syekh Ismail Makkah dan Univ. Al-Ahgaff Yaman dll.
J. Asal Usul Santri
Santri yang berada di pondok pesantren Al-Bahjah datang dari berbagia daerah yaitu dari Kota Cirebon, Kuningan, Indramayu, Pontianak, Bangka Belitung,Tegal, Madura dan Pasuruan. Jumlah santri Ponpes Al-Bahjah sekitar 80 santri putra dan putri.
K. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem pendidikan salaf. Artinya para santri lebih banyak di kenalkan pada ilmu-ilmu agama.
L. Visi Dan Misi
Mendahulukan ahklak dan mengembangkan dakwah Rasul SAW yang ini semua adalah sekaligus pesan Al-Habib Hasan Bin Ahmad Baharun semasa beliau hidup.
M. Ekstrakulikuler
Ekstrakulikuler lebih diarahkan kepada praktek berdakwah baik di radio, sekolah-sekolah, kantor-kantor dan majelis ta’lim.
Alasan dipilihnya Nama Al-Bahjah untuk pesantren dan majelis yang diasuh oleh Buya Yahya lebih banyak meninjau dari sisi makna yaitu makna cahaya atau kemilau sinar dengan harapan semoga pesantren ini bisa benar-benar menjadi penerang bagi umat Nabi Muhammad SAW.
B. Letak Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Al-Bahjah terletak di Kelurahan Sendang No. 179 Blok. Gudang Air Kec. Sumber Kab. Cirebon Jawa Barat.
C. Sejarah Permulaan berdirinya pondok pesantren Al-Bahjah
Mendirikan sebuah pesantrean adalah bukan tujuan utama dan pertama, akan tetapi tujuan pertama dan utama adalah bagaimana menyampaikan dakwah Rasulullah SAW. Di antara sarananya adalah dengan pesantren. Maka kehadiran Pesantren Al-Bahjah adalah sebagai bagian dari upaya menyampaikan dakwah Rasulullah SAW.
Semula kedatangan Buya Yahya ke Cirebon pada awal tahun 2006 karena menjalankan tugas dari Universitas Al-Ahgaff untuk membuat sekolah persiapan Universitas Al-Ahgaff di Indonesia. Sesuai evaluasi masalah efektivitas sekolah persiapan, program tersebut hanya berjalan selama 1 tahun yang akhirnya di kembalikan ke Yaman. Dan bersama itu pula Buya Yahya meminta izin kepada Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun untuk merintis dakwah di Cirebon dan atas do’a dan restu beliau dan guru-guru Buya Yahya yang lainya usaha dalam berdakwah sungguh sangat di mudahkan oleh Allah SWT.
Dan pada tahun kedua keberadaan Buya Yahya di Kota Cirebon sudah bisa membuka beberapa majelis ta’lim di beberapa masjid besar di Kota Cirebon dan sekitarnya. Usaha berdakwah selalu di kembangkan hingga akhirnya datanglah permintaan dari beberapa kaum muslimin untuk menitipkan anak-anak mereka di tempat Buya Yahya yang semula tidak langsung diterima karena kondisi tempat tinggal beliau yang masih menempati satu rumah pinjamam di Cirebon.
Baru setelah Buya Yahya memiliki satu tempat tinggal yang lain lagi yaitu rumah kontrakan yang berdekatan dengan tempat tinggal Buya Yahya yaitu di daerah Karang Jalak Cirebon, maka saat itu Buya Yahya mulai menerima beberapa santri. Memang tidak semua santri yang datang langsung di terima. Akan tetapi di samping melihat daya tampung tempat tinggal, penerimaan santri pun dilaksanakan dengan beristikhoroh.
Hingga pada tahun berikutnya dirasakan bahwa tempat tinggal semakin padat dengan santri, karena saat itu sudah terhitung disatu rumah yang tidak terlalu besar di tempati 12 santri putra kemudian di rumah yang satunya lagi di tempati 10 santri putri.
Hikmah dari itu semua yang menjadikan Buya Yahya dan sahabat-sahabatnya baik yang di Cirebon atau yang di luar Cirebon untuk berusah mencari tempat yang lebih leluasa sebagai pusat resmi Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah termasuk di dalamnya adalah Pondok Pesantren Al-Bahjah. Dan akhirnya jatuhlah pilihan pada satu tempat yang disebut dengan Kelurahan Sendang Kec. Sumber Kab. Cirebon. Sebuah lokasi Pesantren ditengah sawah yang jauh dari pemukiman masyarakat.Tepatnya di bulan Juni 2008 di mulai pembangun pesantren. Setelah kurang lebih satu setengah tahun tepatnya 10 Januari 2010 Pesantren resmi di tempati santri putra dan putri yang pada hari itu juga diresmikan oleh Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun dari Yaman.
D. Riwayat Pengasuh
Kedatangan Yahya Zainul Maarif (yang lebih akrab disapa Buya Yahya) ke Cirebon pada akhir tahun 2005 awal 2006 dalam rangka mejalankan tugas dari gurunya Rektor Universitas Al-Ahgaff Almurobbi Profesor Doktor Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun untuk memimpin Pesantren Persiapan bagi mahasiswa sebelum kuliah ke universitas Al-Ahgaff di Yaman. Untuk menjalankan aktivitasnya, Buya Yahya mengontrak tempat di Ponpes Nuurussidiq, Tuparev-Cirebon. Itu berlangsung hingga pertengahan 2006. Dan saat itu Buya Yahya belum mendapatkan izin dari gurunya untuk berdakwah ke masyarakat.
– Pada akhir 2006 Buya Yahya menghadap kepada gurunya di Yaman dan mulai saat itu ia telah diizinkan untuk berdakwah di masyarakat. Buya Yahya memulai berdakwah dari hal yang kecil, tidak memaksa dan apa adanya. Dengan penuh kesabaran Buya Yahya memasuki musholla-musholla kecil hingga akhirnya di mudahkan oleh Allah untuk membuka majlis- majlis taklim di Masjid terbesar di Cirebon Masjid At-Taqwa alun-alun setiap senin malam selasa yang semula hanya dihadiri 20 orang hingga saat ini jamaah memenuhi ruangan dan halaman masjid. Buya Yahya meyakini kemudahan ini diberikan oleh Allah karena berkat ridho dan restu para guru. Bersamaan itu juga Buya Yahya membuka puluhan majlis taklim bulanan di berbagai tempat di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Kabupaten Indramayu dan JABODETABEK.
Di antaranya adalah majlis yang diadakan masjid Al-Imam alun-alun kota Majalengka, masjid Al-Istiqomah Cilimus Kuningan, masjid Pertamina Klayan, masjid Al-Mustaqim Weru. Dakwah Buya Yahya tidak terbatas pada masjid-masjid akan tetapi Buya Yahya juga berdakwah di beberapa swalayan dan toserba, seperti Yogya, Matahari Department Store Grage, Lembaga Pemasyarakatan Kesambi dll. Majelis yang Buya Yahya asuh diberi nama Majelis Al-Bahjah sekaligus nama pesantren yang saat ini dirintisnya.
– Tahap perkenalan Buya Yahya dengan masyarakat disamping kesabaranya untuk bersilaturrahmi ke musholla-musholla dan masjid-masjid. Kebetulan Buya Yahya pada pertengahan 2006 selama satu tahun sempat berjuang di stasiun radio Islami Salma 101 FM yang saat itu Buya Yahya mendapatkan kepercayaan sebagai direktur operasional radio tersebut. Dan selama itu pula Buya Yahya mencoba menghadirkan dakwah lewat radio dengan membuat program pesantren udara dengan memadatkan acara radio dengan pengajian-pengajian.
– Di media cetak Buya Yahya juga ikut berdakwah. Buya Yahya mengasuh rubrik tanya jawab di koran harian umum Kabar Cirebon. Dan sampai saat ini juga masih aktif mengasuh rubrik masail diniyah disebuah majalah Islami Al-Basyirah yang terbit di Jawa Timur.
– Di media Televisi Buya Yahya juga pernah aktif di acara Titian Qolbu TV one dan sampai saat ini Buya Yahya aktif di Cirebon TV dalam acara dialog interaktif setiap malam Jumat dalam acara Hidup Indah Bersama Buya Yahya.
– Dan alhamdulillah saat inipun Buya Yahya dan tim dakwahnya (atas pertolongan Allah ) telah bisa menghadirkan Website media dakwah online di www.buyayahya.org dan radio Islami Resmi milik pesantren yaitu RADIOQU 98.5 FM. Ini semua dilakukan dalam upaya membidik semua celah kehidupan manusia untuk bisa diisi dengan dakwah.
Perjalanan Ilmiah Buya Yahya
– Sebelum ke Yaman Pendidikan dasar hingga SMP diselesaikan dikota kelahirannya. Disamping itu juga mengambil pendidikan agama di Madrasah Diniyah yang dipimpin oleh seorang guru yang soleh KH. Imron Mahbub di Blitar. Setelah itu melanjutkan pendidikannya di pesantren Darullughah Wadda’wah di Bangil Pasuruan Jatim dibawah asuhan Al Murobbi Al Habib Hasan Bin Ahmad Baharun, yaitu pada tahun 1988 hingga 1993. Pada tahun 1993 hingga 1996 mengajar dipesantren Darullughah Wadda’wah Bangil Pasuruan sebagai masa khidmah Buya Yahya ke pesantren tempat Buya Yahya pernah menimba ilmu.. Pada tahun 1996 berangkat ke Univ. Al-Ahgaff atas perintah sang guru Al-Murobbi Al-Habib Hasan Baharun hingga akhir 2005.
– Buya Yahya selama 9 tahun di Yaman belajar fiqih diantaranya kepada para Mufti Hadramaut Syekh Fadhol Bafadhol, Syekh Muhammad Al Khotib, Syekh Muhammad Baudhon, dan Habib Ali Masyur Bin Hafidz.
– Dari Habib Salim Asysyatiri Buya Yahya sempat mengambil beberapa disiplin ilmu diantaranya fiqih, aqidah, ulummul quran dan mustholah alhadits. Biarpun Buya Yahya tidak tinggal dipesantren (Rubath) Habib Salim Asysyathri Buya Yahya mendapatkan kesempatan yang sangat banyak untuk belajar dari beliau. Sebab dipagi hari Habib Salim mengajar di kampus dan sore hari hingga malam Buya Yahya mendapatkan waktu khusus selama hampir 2 tahun untuk belajar dari beliau 4 kali dalam seminggu mulai ashar hingga isya di Rubath Tarim.
– Hadits dan ilmu haditsnya di ambil dari beberapa guru diantaranya adalah Dr Ismail Kadhim Al Aisawi dan Secara khusus Ilmu ushul fiqihnya diambil dari beberapa pakarnya diantaranya; Syekh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Syekh Muhammad Amin Assyingqiti dan Syekh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti (semuanya adalah dari Syingqiti–Mortania yang mereka adalah para ulama dalam Madhab Maliki) dan DR Mahmud Assulaimani dari Mesir.
– Ilmu bahasa Arabnya di ambil dari Syekh Muhammad Alhafid Assyingqiti, dengan kitab terakhir yang di kaji adalah Thurah Uquduljuman dalam ilmu balaghoh, thurroh lamiyatul afal dalam ilmu shorof dan thurroh Alfiyah Ibnu Malik dalam ilmu nahwu yaitu Alfiyah Ibnu Malik dengan tambahannya menjadi 2800 nadhom. Ilmu fiqih perbandinganya diambil diantaranya dari Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan dari Mesir seorang Alim dari madhab maliki.
– Buya Yahya sempat mengajar di Yaman selama 3 tahun di Fakultas Tarbiyah dan Dirosah Islamiah (khusus putri) Universitas Al-Ahgaff. Sekarang Buya Yahya aktif berdakwah di masyarakat dan mengasuh majelis Al-Bahjah dan pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Guru-guru Buya Yahya
– Ada dua guru murobbi Buya Yahya yang sangat mempengaruhi didalam perjalanan ilmiyah Buya Yahya. Yang pertama adalah Almurobbi Almursyid Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun pengasuh dan pendiri Pon-pes Darullughoh Waddakwah Bangil-Pasuruan-Jawa Timur. Yang kedua adalah Almurobbi Almursyid Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun rektor universitas Al Ahgaff Republik Yaman. Buya Yahya mempunyai sanad ilmu dari guru-guru yang sangat jelas. Selain dari murobbi dan mursidnya tersebut guru Buya Yahya amat banyak, di antaranya adalah;
A. Dari Indonesia
1. Habib Husin bin Soleh Almuhdhor, Bondowoso
2. Habib Qosim Bin Ahmad Baharun, Bangil
3. Habib Ahmad bin Husin Assegaf, Bangil
4. Ustaz Qoimuddin Abdullah, Bangil
5. Habib Soleh bin ahmad Alidrus, Malang
6. Habib Abdullah Maulahailah, Malang
7. Habib Muhammad Alhaddad, Malang
8. Ustaz Nasihin, Bangil
9. KH Imron Mahbub, Blitar, dll
B. Dari Luar Negeri
1. Habib Idrus bin Umar Alkaf, Tarim,Yaman
2. Syekh Fadhol Bafadhol, Tarim, Yaman
3. Syekh Muhammad Al Khotib, Tarim, Yaman
4. Syekh Muhammad Baudhon, Tarim, Yaman
5. Habib Ali Masyur bin Hafidz, Tarim, Yaman
6. DR. Ismail Kadhim Al-Aisawi, Iraq
7. Habib Salim Asysyathri Tarim, Yaman
8. Syeh Muhammad Al-Hafid Assyingqithi, Mortania
9. Syeh Muhammad Amin Assyingqiti, Mortania
10. Syeh Abdullah Walad Aslam Assyingqiti, Mortania
11. DR Mahmud Assulaimani, Mesir
12. Prof DR. Ahmad Ali Toha Arroyyan Mesir
13. Dll
E. Dasar Pendirian Pondok Pesantren
Adalah untuk bisa andil dalam menciptakan wadah pengkaderan penerus dakwah Rasul SAW. Yang berasaskan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah as’ariyah sufiyah.
F. Peresmian Pondok Pesantren
Adapun acara peresmian Ponpes Al-Bahjah di adakan pada tanggal 10 Januari 2010 yang diresmikan oleh Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun yang sekaligus dibarengi dengan peresmian Masjid Pesantren Al-Bahjah dan Radio Dakwah Radio-Qu Fm yang di pancarkan dari lokasi pesantren.
G.Awal Pembangunan Pondok Pesantren
Bangunan pertama adalah sebuah gubuk kecil dan aula besar dengan ukuran 15x25 M yang dijadikan ruang serba guna mulai dari majelis ta’lim mingguan dan tempat belajar anak-anak santri. Kemudian disusul bangunan masjid dengan ukuran 15 x 15 M dan 8 kamar asrama santri, rumah pengasuh dan 20 kamar mandi berikut studio Radio-Qu FM.
Setelah Buya Yahya mendapat izin dari Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun untuk membangun pesantren ada pesan istimewa agar mudah dalam mendirikan pesantren yaitu “ Agar tidak usah repot meminta-minta dana dari siapa pun, akan tetapi berangkat dari kesederhanaan dan seadanya”.
Dan atas petunjuk Al-Habib Abdullah Bin Muhammad Baharun tersebut pembangunan pesantren sungguh sangat mudah tanpa ada kesusahan apapun. Berkat restu dan doa para guru Buya Yahya Allah telah mengirim orang-orang yang membangun tersebut hingga pesantren bisa di tempati Buya Yahya pun tidak pernah merasakan susahnya mengurus tukang dan bangunan. Dan para santri juga tidak dipungut biaya sama sekali dengan pelayanan pendidikan, tempat tinggal dan makan 3 kali.
H. Perkembangan dari tahun ke tahun
Karena pesantren baru diresmikan pada 10 Januari 2010 maka evaluasi sementara menunjukan bahwa majelis ta’lim semakin besar, santrinya pun semakin banyak.
I. Staf Pengajar
Adapun untuk Staf pengajar adalah para alumni dari lembaga pendidikan di dalam dan luar negeri seperti Pondok Pesantren Darullughoh Wa Dakwah Bangil, Alumni Syekh Ismail Makkah dan Univ. Al-Ahgaff Yaman dll.
J. Asal Usul Santri
Santri yang berada di pondok pesantren Al-Bahjah datang dari berbagia daerah yaitu dari Kota Cirebon, Kuningan, Indramayu, Pontianak, Bangka Belitung,Tegal, Madura dan Pasuruan. Jumlah santri Ponpes Al-Bahjah sekitar 80 santri putra dan putri.
K. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan yang diterapkan adalah sistem pendidikan salaf. Artinya para santri lebih banyak di kenalkan pada ilmu-ilmu agama.
L. Visi Dan Misi
Mendahulukan ahklak dan mengembangkan dakwah Rasul SAW yang ini semua adalah sekaligus pesan Al-Habib Hasan Bin Ahmad Baharun semasa beliau hidup.
M. Ekstrakulikuler
Ekstrakulikuler lebih diarahkan kepada praktek berdakwah baik di radio, sekolah-sekolah, kantor-kantor dan majelis ta’lim.